Kamis, 12 Mei 2016

Jenis Rute Untuk Injeksi




  1. RUTE INTRAVENA

Rute Intravena (IV) memanfaatkan sistem peredaran darah untuk menyebarkan baik cairan, elektrolit, zat makanan maupun obat, termasuk juga darah dan komponen-komponennya. Beberapa keuntungan menggunakan rute Intravena ni adalah merupakan rute yang langsung dapat menyebarkan terapi ke seluruh tubuh, dapat dilakukan pada pasien tidak sadar maupun yang tidak kooperatif, absorbsi obat langsung ke aliran darah. Namun rute ini mempunyai dapat menuai kerugian, yaitu : dapat terjadi kelebihan cairan, embolus udara, septikemia maupun infeksi setempat, thrombophlebitis, hematoma, nyeri dan juga reaksi hipersensitifitas. 
Secara umum suntikan Intravena mempunyai arti pemberian pengobatan dalam jumlah sedikit yang langsung dimasukan ke dalam aliran vena. Metode ini mengharapkan reaksi obat yang cepat. Biasanya, obat intravena akan diberikan dalam lingkungan di mana unit darurat dan peralatan resusitasi tersedia. Karena risikoanafilaksis, epinefrin harus tersedia.



2. RUTE INTRADERMAL
Rute intradermal lebih mengutamakan efek lokal daripada sistemik, dan lebih digunakan untuk tujuan diagnostik seperti pengujian alergi atau tuberkulin atau untuk anestesi lokal.Untuk memberikan suntikan intradermal digunakan jarum 25G yang ditusukan dengan sudut 10-15 °, bevel up, sampai tepat di bawah epidermis, dan selanjutnya cairan disuntikkan 0.5 ml sampai gembungan muncul di permukaan kulit. Lokasi yang cocok untuk suntikan intradermal sama dengan untuk suntikan subkutan, termasuk juga lengan bagian dalam dan tulang belikat.



3RUTE SUBKTAN
Rute subkutan digunakan untuk penyerapan obat yang lambat dan berkelanjutan. Biasanya cairan yang diberikan sebanyak 1-2 ml disuntikkan ke dalam jaringan subkutan. Rute ini sangat ideal untuk obat-obatan seperti insulin, yang memerlukan pelepasan obat yang lambat dan stabil, dan juga karena relatif bebas dari nyeri, sangat cocok untuk suntikan yang sering dilakukan.
Suntikan Subkutan dilakukan dengan sudut 45 ° pada kulit yang sedikit diangkat. Namun, dengan adanya jarum insulin yang lebih pendek (5, 6 atau 8 mm), direkomendasi suntikan dengan sudut 90 ° untuk insulin. Pengangkatan kulit dilakukan dengan mencubit kulit untuk mengangkat jaringan adiposa menjauhi otot yang berada di bawahnya, terutama pada pasien kurus.
Jika suntikan diberikan terlalu dalam dan masuk ke dalam otot, insulin diserap lebih cepat dan dapat menyebabkan ketidakstabilan glukosa dan potensi hipoglikemia. Episode hipoglikemik ini dapat juga terjadi jika lokasi anatomis suntikan dipindah, seperti insulin diserap pada tingkat yang bervariasi dari lokasi anatomi yang berbeda. Oleh karena itu suntikan insulin harus sistematis diputar dalam lokasi anatomi misalnya, menggunakan lokasi pada lengan atas atau perut selama beberapa bulan, sebelum dipindah ke tempat lain di tubuh.


4. RUTE INTRAMUSKULAR
Suntikan Intramuskular (IM) merupakan teknik memasukan obat dengan memanfaatkan perfusi otot, memberikan penyerapan sistemik yang cepat dan menyerap dosis yang relatif besar. Pilihan lokasi dalam suntikan Intramuskular ini harus mempertimbangkan keadaan umum pasien, usia, dan jumlah obat yang diberikan. Lokasi yang direncanakan untuk suntikan harus diperiksa untuk mencari tanda-tanda adanya peradangan, dan harus bebas dari lesi kulit. Demikian pula, 2-4 jam setelah suntikan, lokasi suntikan harus diperiksa untuk memastikan tidak ada reaksi yang merugikan. Dokumentasi berupa foto dan notifikasi diperlukan pada suntikan yang dilakukan berulang atau sering, untuk memastikan rotasi yang seimbang. Hal ini dapat mengurangi ketidaknyamanan pasien akibat suntikan yang berlebihan dari salah satu lokasi, dan mengurangi kemungkinan komplikasi, seperti atrofi otot atau abses steril yang dihasilkan dari jeleknya absorbsi jaringan.
Pasien yang telah berumur dan pasien kurus cenderung memiliki lebih sedikit otot daripada yang lebih muda atau pasien yang aktif. Oleh karena itu lokasi suntikan harus dinilai banyaknya massa otot. Pada pasien yang memiliki massa otot sedikit lebih baik melakukan penggembungan otot sebelum penyuntikan.

Ada lima situs yang tersedia untuk suntikan Intramuskular, yaitu:
  1. Otot deltoid lengan atas, yang digunakan untuk vaksin seperti hepatitis B dan tetanus toksoid.
  2. Lokasi dorsogluteal memanfaatkan musculus Gluteus maximus. Catatan, ada komplikasi yang terkait dengan lokasi ini, karena ada kemungkinan merusak nervus sciatic atau arteri Gluteal superior jika penusukan jarum salah. Beyea dan Nicholl (1995) melaporkan suntikan ke lokasi dorsogluteal, cairan yang disuntikan lebih sering masuk ke dalam jaringan adiposa daripada otot, dan akibatnya memperlambat laju penyerapan obat.
  3. Lokasi ventrogluteal merupakan pilihan yang lebih aman dalam mengakses musculus Gluteus medius. Lokasi ini merupakan lokasi utama untuk suntikan Intramuskular karena menghindari semua saraf utama dan pembuluh darah dan tidak ada komplikasi dilaporkan. Selain itu, jaringan adiposa pada lokasi ventrogluteal memiliki ketebalan yang relatif konsisten, yaitu: 3.75 cm dibandingkan dengan 1-9 cm pada lokasi dorsogluteal, sehingga memastikan bahwa ukuran jarum 21G akan menembus area otot gluteus medius.
  4. Vastus lateralis adalah otot paha depan terletak di sisi luar tulang paha. Lokasi ini umunya dipilih pada pasien anak-anak. Resiko yang terkait dengan otot ini adalah cedera pada nervus femoralis dan atrofi otot dikarenakan suntikan yang sering. Beyea dan Nicholl (1995) mengemukakan bahwa situs ini aman untuk pasien anak-anak sampai usia tujuh bulan.
  5. Musculus Rektus femoris adalah otot paha anterior yang jarang digunakan, tetapi mudah dicapai jika menyuntik diri sendiri atau untuk bayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar